img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Beberapa makanan memang diketahui bisa membantu menurunkan tekanan darah. Kini studi menemukan bahwa protein dalam susu dan kedelai juga bisa membantu menurunkan tekanan darah sistolik.

Sebuah studi yang dilaporkan dalam Circulation: Journal of American Heart Association menemukan bahwa protein yang terkandung dalam susu dan kedelai berkaitan dengan nilai tekanan darah sistolik yang lebih rendah.

"Hasil studi ini menunjukkan bahwa makanan atau minuman yang tinggi kandungan protein seperti susu dan kedelai bisa membantu mencegah dan mengobati tekanan darah tinggi," ujat ketua studi Jiang Dia, MD, PhD, seperti dikutip dari ScienceDaily, Selasa 919/7/2011).

Uji coba ini dilakukan peneliti secara acak dan terkontrol dengan hasil protein dalam susu dan kedelai bisa menurunkan tekanan darah bagi orang yang memiliki pra-hipertensi dan tekanan darah tinggi tahap 1.

Studi ini menemukan partisipan yang mengonsumsi suplemen protein susu memiliki tekanan darah sistolik yang 2,4 mmHg lebih rendah, sedangkan yang mengonsumsi suplemen proyein kedelai memiliki tekanan darah sistolik yang 2,0 mmHg lebih rendah.

Tekanan darah sistolik adalah tekanan teratas dalam pembacaan tekanan darah dan alat pengukur tekanan ketika jantung berkontraksi. Tekanan darah sistolik yang normal yaitu kurang dari 120 mmHg.

Dalam penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa penurunan tekanan darah sistolik sebesar 2 mmHg bisa mengurangi sedikitnya 6 persen kematian akibat stroke, dan 3 persen kematian akibat jantung.

Selain itu studi sebelumnya juga menemukan bahwa mengonsumsi banyak makanan produk susu yang mengandung rendah lemak bisa membantu menurunkan tekanan darah. Hal ini penting, karena tekanan darah yang tinggi merupakan 'silent killer' yang bisa menyebabkan serangan jantung, stroke, kerusakan ginjal dan kejadian fatal lainnya.

Melihat adanya pengaruh yang bisa diberikan terhadap penurunan tekanan darah sistolik, maka Jiang menuturkan diperlukan studi lebih lanjut lagi untuk membuat rekomendasi khusus dalam hal perubahan pola makan.

Vera Farah Bararah - detikHealth